Semarang, CyberNews.
Barangkali plastik bekas kemasan pewangi pakaian atau pembersih lantai
hanya teronggok di tempat sampah. Di tempat-tempat pembuangan sampah
seperti Jatibarang misalnya, dulu plastik seperti ini hanya laku Rp
200/kg tapi sekarang bisa mencapai Rp 3.000/kg.
Namun bagi Lilik
Idawati (36) dan suaminya Imprani Mashadi yang tinggal di Kampun Desel
RT 02/03 Kelurahan Sadeng Kecamatan Gunungpati yang sudah dua tahun
terakhir bergelut dengan limbah plastik, barang-barang ini punya daya
tarik tersendiri.
Rumah Plastik milik Lilik ini menjadi inspirasi
untuk aneka produk kerajinan yang bermanfaat dan punya nilai jual
dengan memanfaatkan sampah plastik bertumpuk. Aneka produk tas berbagai
model, sandal, tempat pensil, wadah kosmetik, dll bisa dibuat Lilik
dengan hasil yang menarik.
Prosesnya memang cukup rumit, mulai
dari pemilihan plastik, pencucian hingga beberapa kali, pemberian
desinfektan untuk anti-bakteri. Proses pola hingga penjahitan juga tak
kalah rumit karena selain harus kreatif menyatukan motif, perkara
menjahit juga sulit mengingat bahannya yang licin dan kaku.
Meski
demikian, berkat keuletan Lilik yang kini juga bekerja di salah satu
pabrik garmen di daerah Kalibanteng ini sudah banyak variasi produk
yang dihasilkan. Pesanan juga relatif lancar meski diakui pemasaran
produk limbah plastik ini tidak mudah.
Kendala
Salah
satu kendalanya adalah mindset masyarakat yang terkotak-kotak dengan
limbah plastik yang berkonotasi sampah. Harga yang dibandrol pun juga
dianggap terlalu mahal karena sampah dinilai tak punya nilai jual.
Berbagai produk tersebut dijual mulai harga Rp 10 ribu, kecuali tas
beraneka model mulai Rp 45 ribu.
"Pasti selalu ditawar murah
sekali padahal membuatnya butuh ketelitian dan hasilnya kualitasnya
awet dan bisa mengangkat beban cukup berat. Anak saya yang umur 5 tahun
saja pernah coba masuk dan diangkat juga tidak jebol," ungkapnya,
Jumat (4/2).
Suaminya pun juga membantu pemasaran lewat website http://
www.rumah-plastik.blogspot.com dan
lewat media internet ini sudah ada banyak pesanan dari luar kota
seperti Jakarta, Bandung, Batam dan Padang. Respon dari masyarakat
sekitar pun cukup bagus.
Tidak hanya membeli produk buatan Lilik,
tetapi mereka juga diberikan ketrampilan bagaimana cara pembuatan di
waktu-waktu pertemuan PKK. "Dengan membeli produk ini sama saja kita
mengurangi beban sampah plastik yang sulit terurai dan dibutuhkan
ratusan tahun untuk itu. Saya hanya berharap masyarakat bisa tergugah
dan semakin meminati hasil kreativitas daur ulang ini," imbuh Lilik.
Sumber :
SUARA MERDEKA Cyber News
04 Februari 2011 | 14:18 wib